Jumat, 19 Desember 2008

BURUKNYA MANAJEMEN PEMBUANGAN SAMPAH HOTEl

Suatu manajement dalam organisasi dibutuhkan adanya kemampuan untuk mengembangkan dan memimpin organisasi yang sesuai dengan tujuan, rencana dan program yang telah ditetapkan. Menurut Mary Parker Follent mendefinisikanbahwa manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan perkerjaan melalui orang lain. Oleh karena itu keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh manajemen. Jika manajemen tidak dapat mengkoordinasi memanage sesuatu organisasi maka selain kerugian–kerugian yang dihasilkan, citra buruk organisasipun menjadi taruhannya. Sering sekali manajemen mempunyai masalah dalam ketidak aktifannya komunikasi. Contohnya saja dalam khasus daging olahan bekas (daging sampah) yang didapatkan dari hotel-hotel mempunyai dampak yang buruk bagi perusahan pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Penemuan daging sampah yang diolah kembali dan dipasarkan ini ternyata sudah merambah ke sejumlah pasar tradisional. Bukan hanya terjadi pada tahun-tahun ini saja, dilihat dari perjalanan usaha tersebut telah berlangsung lima tahun, dan buruknya hai ini sudah menjadi pekerjaan ”tradisi” turun temurun. Hanyalah dengan bermodal memilah-milah limbah hotel, penjual tersebut mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Setiap daging sampah dapat dijual oleh pedagangnya seharga lima ribu rupiah hingga dua belas ribu rupuah perkilonya. Sebelumnya daging limbah tersebut digoreng terlebih dahulu ataupun dikemas dalam bungkusan-bungkusan nasi. Hal yang dapat dijangkau oleh para konsumennya.
Sampah memang sudah umum jika didaur ulang, hal tersebut produktif bagi lingkungan dan kehidupan manusia. Tapi beda halnya dengan daur ulang daging sisa yang diolah untuk dikonsumsi kembali. Hal ini bukan baru-baru saja terjadi, tetapi sudah berlangsung bertahun-tahun. Manajemen hotel seharusnya tanggap dalam kasus daging sampah. Pernyataan pihak hotel yang mengatakan bahwa hotel tidak ikut bertanggung jawab patut untuk dipertanyakan kembali. Jika hotel mudah lepas tangan atas masalah ini lalu siapa yang harus bertanggung jawab? Orang-orang seperti Darno (pengolah daging sampah) hanya berusaha memanfaatkan keadaan. Jika sampah dapat diolah dan dimanfaatkan secara benar oleh pihak hotel sendiri tentunya tak ada lagi orang-orang sekreatif Darno.